Esok
harinya barulah hal tersebut dijelaskan lewat pertemuan antara seluruh peserta
dengan perwakilan dari pihak kerajaan, yaitu Jendral Ganea. Memang benar apa yang
telah dikatakan orang-orang mengenai hilangnya putri Vivian. Belum dipastikan
apakah putri Vivian diculik atau hanya pergi untuk sementara, namun seluruh
pihak kerajaan sedang berusaha mencari keberadaannya.
Ketika
pertemuan tersebut berlangsung, Jendral Ganea meminta kami agar tidak keluar
dari lingkungan kompleks Istana Velika. Sempat terjadi keributan saat jendral
Ganea selesai mengumumkan di ruang pertemuan tersebut, namun itu semua terhenti
ketika beberapa diantara kami mendapatkan pesan aneh yang ditemukan di kamar
mereka. Awalnya semua mengira itu hanyalah pesan iseng yang ditujukan pada
orang-orang tertentu, tapi setelah memeriksa kamar masing-masing ternyata
seluruh peserta juga menemukan pesan tersebut.
Masing-masing
dari kami mencoba memecahkan arti dari pesan yang hanya terdiri dari tiga kata
yaitu ‘Pintu gudang selatan’. Entah apa maksud dari pesan tersebut, sampai akhirnya
Hatori Kyuukou, salah satu anggota kelompok dua, memberikan penjelasan bahwa
pesan yang dimaksud adalah perpustakaan yang berada di selatan kompleks Istana
Velika.
Setelah
semuanya berkumpul di perpustakaan, timbul beberapa pertanyaan lagi yang belum
terpecahkan, untuk apa kita semua berada di sini dan apa yang dimaksud dengan
‘pintu’ dari ‘pintu gudang selatan’. Sampai akhirnya ditemukan sebuah pintu
rahasia yang tersembunyi di bawah meja penjaga perpustakaan. Pintu tersebut
merupakan pintu dari sebuah lorong rahasia yang tembus hingga menuju hutan yang
terletak di selatan komplek Istana Velika.
Kini
aku bersama sembilan belas orang lainnya berada pada sebuah hutan di selatan
Istana Velika. Tempat ini terhubung langsung dengan perpustakaan istana melalui
jalan rahasia yang telah ditemukan sebelumnya. Entah apa yang harus dilakukan
selanjutnya setelah kami berada disini. Beberapa diantara kami saling
berdiskusi untuk mencari arti dari pesan rahasia yang terdapat pada kertas aneh
itu, namun ada juga yang berpendapat untuk kembali pulang menuju istana karena
khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Memang sulit untuk
dimengerti mengapa kita semua harus menuruti apa yang ada didalam pesan
tersebut.
Sebelumnya
aku sempat berpikir bahwa pembuat pesan tersebut ada Jendral Ganea, tapi
biarpun dia yang telah membuatnya, apa yang sebenarnya direncanakan olehnya?
Bila diperhatikan dari kata-katanya sepertinya tidak ada yang aneh, pesan itu
hanya diisi oleh tiga buah kata yang akhirnya berujung pada penemuan pintu
rahasia di perpustakaan. Ini terlalu sederhana, sepertinya ada maksud lain yang
diinginkan oleh si pembuat pesan. Tunggu, apa mungkin?
“Teman-te...”
~Jleb..
Belum
selesai aku berteriak, sesuatu yang aneh terjadi padaku. Sekilas aku melihat
temen-temanku satu persatu terjatuh dengan sendirinya dan kemudian muncul
orang-orang dengan jubah hitam bertopeng turun dari atas pohon. Setelah itu,
aku tak tahu apa-apa lagi. Semua menjadi gelap dan aku pun tak sadarkan diri.
***
Jauh
di sebuah desa kecil di antara pegunungan terdengar alunan musik rakyat eropa
khas abad pertengahan dengan paduan antara biola dan genderang. Terdengar juga
canda ceria orang-orang yang sedang tertawa dan bernyanyi mengikuti irama
musik. Meski tempat ini sangat sederhana dibandingkan wilayah-wilayah lain,
namun tampak kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah mereka.
“Tuan,
silahkan nikmati minuman istimewa khas desa kami.”
“Oh
ya, terima kasih nyonya..”
“Namaku
Geraldine.. Geraldine saja, tak usah memanggilku dengan panggilan nyonya.”
wanita itu tersenyum cantik dan kemudian pergi.
“Bagaimana
Dionze? Apa kamu menikmati tempat ini?”
“Aku
tidak menyangka bila kamu ternyata tinggal di tempat sedamai ini.” Dionze
kemudian menyeruput minuman yang tadi disuguhkan padanya. “Wah.. Ternyata
minumannya enak sekali!”
“Haha..
Itulah minuman khas kami.”
“Oh
ya, tidak apa-apa jika aku tinggal disini untuk sementara?”
“Tentu
saja. Jika tidak, buat apa aku membawamu ke sini? Hahaha..”
“Baiklah.
Selanjutnya apa yang harus kita lakukan? Aku yakin pasti pihak kerajaan
Eternality tidak akan tinggal diam setelah aku kabur dari mereka.”
“Untuk
sementara kau tak perlu khawatir akan hal itu. Berdasarkan kabar yang aku
dengar, mereka sudah menghentikan pencarian atas dirimu.”
“Haa?
Memang apa yang terjadi? Apa mereka benar-benar tidak memerdulikanku?”
“Bukan
begitu, mereka sedang memprioritaskan hal yang lebih penting. Putri Vivian
telah diculik.”
“Putri
Vivian diculik?”
“Ya,
entah apa motif dan tujuan dari penculikan ini, tapi aku yakin ini ada
hubungannya dengan kerajaanmu dan bangsa Remidi.”
“Kerajaanku
dan Bangsa Remidi? Apa yang kamu katakan? Mana mungkin kerajaanku bekerja sama dengan
para makhluk biadab itu?”
“Tidak
semuanya, ada seorang oknum yang bekerja sama dengannya.”
“Darimana
kau tahu tentang semua itu?”
“Kamu
masih meragukan kehebatanku meski kita sudah berhasil keluar dari penjara?”
“Hmm..
Anak-anak buahmu memang mengagumkan. Baiklah aku akui kehebatanmu dan semua
anak buahmu. Tapi tolong beritahu aku, siapakah oknum yang kamu maksudkan?”
“Dia
adalah Diksy, jendral besar Kerajaan Olympus.”
“Jendral
Besar Diksy?!”
“Seharusnya
kau sudah curiga ketika ia mengirimmu beserta dua jendral dan tiga ratus
pasukan untuk menyerang kubah remidi di hutan emerald. Dia sudah berencana
untuk menyingkirkanmu dan seluruh jendral kerajaan.”
“Tidak
mungkin!”
“Dia
jugalah yang telah menjebakmu ketika terjadi peledakan di Kota Velika. Aku
tidak tahu apa motifnya hingga berbuat seperti itu, namun sepertinya ia
berencana untuk menguasai Kerajaan Olympus dan Eternality dengan memanfaatkan
kaum Remidi.”
“Tidak
mungkin! Aku masih belum mempercayainya.”
“Meski
begitu, aku juga menaruh kecurigaan pada keluarga kerajaan Eternality. Baiklah,
besok pagi kita akan pergi bersama untuk mencari tahu kebenarannya.”
“Tunggu!
Siapa kamu sebenarnya? Sudah beberapa hari ini kita bersama dan kamu masih
belum memberitahukan siapa dirimu.”
“Kamu
masih ingin tahu siapa diriku? Aku Genba.”
“Ge..
Genba? Jadi kamu adalah ketua pemberontak Kerajaan Eternality itu??”
Genba
tersenyum dan meninggalkan Dionze.
***
Perasaan
aneh apa ini? Aku tak bisa mengingat apa yang terjadi sebelumnya padaku.
Seluruh penglihatanku rasanya menjadi buram. Ada dimana ini? Rasanya aku
mengingat sesuatu mengenai tempat ini. Ini.. Ini rumah Javier.. Ya.. Ini rumah
Javier. Orang yang pernah hampir membunuhku. Tapi, kenapa aku ada di sini?
Dari
ruang makan aku melihat seseorang berambut hitam agak pirang dengan potongan caesar cut. Javier? Bukankah dia sudah
mati?
Tubuhku
tiba-tiba bergerak dengan sendirinya dan berjalan ke arah Javier tanpa bisa ku
kendalikan.
“Javier apa kau masih menyimpan semua
peralatanku yang aku titipkan dulu?”
Entah
apa yang terjadi, aku tak bisa mengontrol seluruh tubuhku dan sepertinya tadi
aku berbicara pada Javier. Aku hanya bisa mengikuti gerakan tubuhku yang
bergerak dengan sendirinya.
“Ya tentu saja aku masih
menyimpannya. Seperti yang tuan bilang dulu kalau aku harus menyimpan semua
peralatan ini sampai anda sendiri yang mengambilnya.”
“Baguslah kalau begitu. Jangan
sampai ada orang yang mengambil peralatan itu selain diriku.”
“Tidak masalah tuan.”
Mungkinkah yang ku alami saat ini
adalah bentuk proyeksi dari ingatan milik Enutra?
“Eerghh.. Erghh..”
Tiba-tiba saja Javier tersungkur
sambil memegang kepalanya.
“Javier! Apa yang terjadi padamu??”
“Aarrgghhh...!!!”
“Javier!”
Tiba-tiba Javier terdiam sambil
menundukan kepalanya.
“Javier, kau tidak apa-apa?”
Javier terdiam sesaat dan tidak
menjawab pertanyaan Enutra.
“Aku tidak apa-apa. Aku akan kembali
ke dapur dan membuatkanmu minuman.”
“Benarkah kau tidak apa-apa?”
Lalu Javier pergi meninggalkan
Enutra tanpa berkata apapun. Ini terlihat seperti sedang menonton sebuah film
dan sekaligus menjadi pemerannya juga.
Tak
lama kemudia Javier datang dengan membawakan minuman seperti teh dalam cangkir
yang dia sediakan.
“Tuan, silahkan minum saja dulu dan mari
bersulang atas terpilihnya anda sebagai salah satu peserta pelatihan istimewa Raja
Algeas.”
“Meskipun aku tidak menyukainya,
tapi baiklah, mari kita bersulang.”
Kemudian aku pun meminumnya.
Tapi, rasanya ada yang aneh dengan minuman ini. Tenggorokanku rasanya terbakar
dengan hebatnya. Apa mungkin ini adalah minuman beralkohol?
“Javier! Minuman apa ini??”
Javier tersenyum dan menatapku.
Semua tiba-tiba menjadi gelap dan tak ada lagi yang bisa kulihat.
***
Perlahan-lahan
mataku terbuka. Ada yang aneh dengan kedua tangan dan kakiku. Terdengar suara
gemerincing setiap kali aku menggerakannya. Kadang aku meronta tapi gerakanku seperti
sedang tertahan oleh sesuatu. Aku sedang dirantai.
Tunggu,
ada dimana ini?
Yang
kuingat bahwa tadi aku sedang berada di hutan Velika bersama semua
teman-temanku. Kemudian tiba-tiba saja ada sesuatu yang mengenai diriku dan
muncul orang-orang aneh dari atas pohon. Apakah ini penculikan?
Aku
melihat sekelilingku dan yang kulihat hanyalah ruangan kosong dengan jeruji
besi di depanku. Ya, sepertinya ini memang penculikan. Tapi kelihatannya aku
tidak sendirian. Di ujung sudut ruangan terlihat seorang pria yang agak tua
duduk bersila membelakangiku. Siapapun itu, pasti dia adalah salah seorang yang
bernasib sama denganku.
“Sepertinya
kau sudah sadar.” pria itu berbicara tanpa menolehkan wajahnya padaku.
“Ada
dimana ini?” aku hanya bisa berbicara dengan pelan karena efek bius yang masih
tersisa.
“Seperti
yang kamu lihat saat ini, kau sedang berada di ruang penjara.”
“Penjara?
Dimana teman-temanku?”
“Tak
usah kau pedulikan mereka.”
“Apa
maksudmu?”
Pria
itu kemudian membalikan tubuhnya dan menghadap ke arahku. Karena jarak kami
agak sedikit jauh dan mataku masih terasa remang-remang, aku tak bisa melihat
dengan jelas wajah pria itu.
“Mereka
semua tidak dibutuhkan di sini.”
“Tidak
dibutuhkan?”
Pria
itu berjalan mendekatiku. Aku berusaha untuk memperjelas penglihatanku karena
berdasarkan suara yang kudengar sepertinya aku mengenalnya.
“Ya,
hanya kau yang dibutuhkan di sini.” pria itu berbisik di telingaku.
Kemudian
aku mendadak tersadar dengan penuh dan seluruh ingatanku mulai terisi dengan
jelas. Ternyata pria itu...
“Raja
Algeas! Apa yang sebenarnya terjadi?!” aku berteriak cukup keras.
“Ah..
Rupanya kau sudah benar-benar sadar.”
“Raja,
apa anda tidak apa-apa? Mengapa kita ada di penjara ini?”
Raja
Algeas kemudian hanya duduk bersila di hadapanku tanpa berkata sedikit pun.
“Mengapa
anda hanya diam saja?”
Raja
Algeas masih terdiam dan memperhatikanku.
“Raja,
apakah ini adalah jebakan dari kaum Remidi? Aku pikir ada konspirasi di
kerajaan kita.”
“Sebaiknya
kau tenang dulu.”
“Apa
maksud anda? Aku pikir Jendral Ganea telah mengkhianati kita..”
“Jendral
Ganea telah mati.” belum selesai aku berbicara, Raja Algeas sudah memotong
omonganku.
“Apa?
Ba.. Bagaimana mungkin??”
Raja
Algeas pun berjalan menuju pintu jeruji, “Pengawal buka pintu penjara ini!”
“Raja,
apa maksud dari semua ini?!”
Raja
Algeas pun melangkah keluar dan berkata, “Akulah yang telah membunuh Ganea.”
Seketika
aku terhenyak mendengar perkataannya.
“Terima
kasih karena telah menuruti pesan yang telah kubuat” Raja Algeas berkata sambil
berjalan menjauhi ruangan penjara.
Aku
masih tidak menyangka dengan apa yang telah dikatakannya. Sebenarnya apa yang
sedang terjadi saat ini?
***
Di
sebuah ruangan yang agak redup dengan beberapa monitor terpasang di dinding,
terlihat dua orang yang sedang saling berbincang pada sebuah sofa panjang hitam
berbahan kulit. Dua orang tersebut adalah Tyron si penguasa kubah kegelapan
hutan Emerald dan sang Jendral Besar Olympus, Diksy.
“Jendral
Besar Diksy, selanjutnya apa rencanamu setelah melakukan penculikan terhadap
Putri Vivian?”
“Setidaknya
kita telah melemahkan kekuatan dari pertahanan Kerajaan Eternality karena
sebagian besar tentara mereka dikerahkan untuk mencari Putri Vivian. Pada saat
inilah kita dapat menyerang Kerajaan Eternality dengan mudah.”
“Lalu
bagaimana dengan Kerajaan Olympus?”
“Saat
ini aku tidak terlalu memikirkannya.” wajah Diksy tiba-tiba menjadi muram, “Aku
hanya ingin tahu apakah anda akan menepati janjimu itu, Tuan Tyrone?”
“Hahaha..
Jadi kau masih belum percaya akan janjiku? Tenang saja, aku pasti akan
menepatinya.”
“Baiklah..
Sesuai dengan rencanaku, aku akan mengerahkan seluruh pasukanku menuju pusat
kota Velika dan menyerangnya dengan tiba-tiba.”
“Setelah
itu?”
“Setelah
itu aku akan memaksa Raja Algeas agar segera melepaskan tahtanya dan
menyerahkannya padaku.”
“Aku
rasa rencanamu akan berjalan sia-sia, Diksy.” tiba-tiba seorang pria memotong
obrolan antara Tyrone dan Diksy.
“Oh,
akhirnya anda datang juga kemari?” Tyrone menyapanya.
Diksy
menoleh dan mencari tahu siapa orang yang telah bersikap kurang ajar
terhadapnya, namun ia sangat terkejut setelah melihat pria tersebut.
“Tentu
saja, bukankah anda yang memintaku untuk datang kemari? Hahaha..”
“Ra..
Raja Algeas?!” Diksy terdiam setelah melihat orang yang memotong pembicaraannya
tadi.
“Ada
apa Jendral Besar Diksy? Terkejut melihatku?”
“Apa
yang sebenarnya terjadi?”
“Sebelumnya
aku berterima kasih atas rencana awalmu dengan menculik putriku, kini rencanaku
akan berjalan dengan sempurna.”
“Tuan
Tyrone, aku mohon jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?”
“Maaf
aku tidak memberitahukanmu sejak awal. Sebenarnya Kerajaan Eternality sudah
sejak awal bekerja sama dengan kami.”
“Lalu,
rencanaku..”
“Rencanamu
sudah ku ketahui dari dulu, Diksy. Semua tentang rencana pengambilalihan
Kerajaan Eternality dimulai dari bom yang kau pasang hingga penculikan putriku
sudah ku ketahui sejak lama.”
“Lalu
untuk apa aku bersusah payah membuat rencana seperti ini bila memang kalian
berdua sudah bekerja sama sejak dulu?”
“Untuk
apa? Raja Algeas bisa kau jelaskan?”
“Untuk
apa ya? Aku sudah melupakannya. Hanya saja ini terlihat menarik bagi kami
berdua.”
“Kurang
ajar! Kalian semua sudah mempermainkanku!”
“Lalu,
apa yang akan kau lakukan?”
“Tyrone!
Setelah kau meneror keluargaku, kini kau mempermainkanku dan mengkhianati
kerajaanku. Akan kubunuh kalian berdua!”
“Silahkan
lakukan sesukamu.” Tyrone tersenyum dan kemudian menekan tombol yang
tersembunyi di balik sandaran tangan sofa, “Selamat tinggal, Diksy.”
“Apa
ini?” sebuah lingkaran hitam tiba-tiba muncul tepat di bawah Diksy dan
membuatnya terjatuh ke dalamnya.
“Tyrone,
kau kirim kemana dia?”
“Suatu
tempat dimana seluruh kesuraman berada.”
“Persis
seperti dirimu.. Hahaha..”
“Apa
maksudmu dengan persis seperti diriku? Dasar kau.. Hahaha..”
***
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Selanjutnya: CHAPTER 15 - PERTEMUAN
BalasHapusJangan lama update nya boss
BalasHapusSiap.. Siap.. ^^
Hapus