15 September 2013

DUNIA SEMU #13


CHAPTER 13 - MISI TERLARANG
           
           Kegiatan pelatihan pertama kami yang seharusnya berjalan dengan lancar dan menarik mendadak diberhentikan. Belum ada penjelasan resmi dari pihak panitia dan kerajaan mengenai diberhentikannya kegiatan ini. Berdasarkan perbincangan-perbincangan orang sekitar, terdengar kabar bahwa putri Raja Algeas menghilang dan kemungkinan besar telah diculik. Meski berita ini masih simpang siur, aku merasakan firasat buruk akan hal ini.
            Suara desiran angin malam terdengar dari luar kamarku. Tak biasanya angin berhembus kencang pada malam hari di tempat ini. Aku menutup pintu balkon kamarku dan sepintas melihat taman yang tepat berada di bawah balkon. Terlintas ingatan dimana aku melihat seorang perempuan berteriak di taman itu. Jikalau perempuan itu adalah Putri Vivian, aku tidak akan lagi melihatnya di taman ini. Ada sedikit rasa menyesal pada diriku ketika aku bertemu dengannya kemarin malam, kenapa aku tidak bisa berbincang dengannya dan seolah ia menolak untuk berbicara saat bertemu denganku.
***


            ~Toootttt.. Teeetttt.. Totet... Toteeettttt....
            “Selamat pagi para peserta pelatihan, diharapkan semuanya untuk segera berkumpul di ruangan pertemuan karena akan diberitahukan pengumuman terkait dengan kegiatan pelatihan ini.”
            Aku tersentak dari tidurku karena terkejut setelah mendengar pengumuman dadakan itu. Rasanya baru saja aku memejamkan mata dan sekarang hari sudah kembali terang oleh sinar matahari pagi.
            Aku menggeliat seperti biasa yang aku lakukan setiap kali terbangun dari tidurku. Pintu balkon yang semalam ditutup kubuka kembali untuk mempersilahkan udara segar mengisi seluruh ruangan kamar. Lagi-lagi aku memperhatikan taman di bawahku itu.
            “Vivi, apa yang sebenarnya terjadi?” sesaat aku bergumam sendiri hingga kemudian meninggalkan balkon dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap menuju pertemuan.
            Air memancar dari pancuran membasahi seluruh tubuhku. Satu buah keran kecil di dekat pancuran sedikit kubuka untuk mengeluarkan cairan kental berwarna hijau. Cairan itu mengeluarkan busa setelah terkena air dan memiliki aroma yang sangat harum, sudah dipastikan bahwa cairan tersebut adalah sabun. Meski semua ini terlihat aneh, sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan kehidupan di dunia ini.
            ~Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok..
            Terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu kamarku.
            “Sebentar...” aku berteriak dari dalam kamar mandi.
            ~Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok..
            Suara ketukan itu masih saja terdengar. Aku sama sekali tidak tahu siapa yang mengetuk itu, tapi sepertinya dia ingin membicarakan hal yang penting hingga tidak berhenti mengetuk pintu meski sudah kusuruh untuk menunggu.
            “Iya.. Iyaa.. Sebentar ya..” sekali lagi aku berteriak padanya seraya mengambil handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhku.
            Aku menghampiri pintu kamar dan membuka kuncinya. Terlihat Mikoto sedang berdiri dari balik pintu dengan tatapan kaget setelah melihatku.
            “Ada apa sih Mikoto? Bentar lagi kan kita ketemu di ruang pertemuan.”
            Mikoto hanya diam tak menjawab dengan wajah yang semakin memerah.
            “Halooo.. Kenapa kamu diam aja? Sakit?”
            “WAAAA.. DASAR MESUUMMM..” dengan sekuat tenaga Mikoto memukul perutku hingga terpelanting ke tembok kamarku.
            Setelah memukul perutku, Mikoto langsung pergi dengan wajah merah tanpa sempat berkata apa-apa lagi selain kata yang ia ucapkan tadi. Entah apa yang dipikirkan olehnya hingga akhirnya aku sadar setelah melihat handuk yang tergeletak di dekat kamar mandi. Oh tidak.. Ternyata haduk yang aku kenakan tadi tak kusadari mengait pada pintu kamar mandi dan barusan aku bertemu dengannya dalam keadaan telanjang bulat. Seluruh wajahku berubah menjadi merah.
       “Ya ampun, mati aku..”
***

            Suara derap langkah kaki terdengar dari sebuah ruangan gelap berjeruji. Derap langkah tersebut datang dari dua orang lelaki yang sedang menggendong wanita tak sadarkan diri. Wanita itu mengenakan gaun mewah yang menandakan bahwa dia adalah seorang bangsawan terhormat kerajaan.
            Salah seorang lelaki kemudian membuka kunci jeruji ruangan dan masuk bersamaan dengan lelaki yang menggendong wanita itu. Kemudian wanita tersebut dibaringkan pada sebuah tempat mirip ranjang dan dipasangkan rantai pada kedua tangan dan kakinya. Setelah itu keduanya meninggalkan wanita tersebut di dalam ruangan dan mengunci kembali jeruji besi yang menutupinya.
            “Sayang sekali gadis secantik dia harus berada dalam penjara seperti ini.”
            “Sudah.. Jangan berpikir yang tidak-tidak.. Yang penting kita sudah melakukan apa yang sudah diperintahkan oleh bos. ”
            “Baiklah.. Semoga bos memuji kerja keras kita.”
***

            Saat ini semua peserta pelatihan sudah berkumpul di ruang pertemuan, tapi belum ada satu pun panitia yang telah hadir. Suara riuh peserta yang berbicara satu sama lain menggema hingga seluruh sudut ruangan. Topik pembicaraan mereka cukup beraneka ragam, beberapa diantara mereka ada yang bertanya-tanya mengenai rencana pihak kerajaan selanjutnya dan ada pula yang membicarakan kabar burung tentang penculikan putri dari Raja Algeas. Rasanya rumor mengenai Putri Vivian sudah semakin menyebar hingga seluruh penjuru kerajaan.
            Tak lama kemudian seorang pria masuk menuju ruang pertemuan dengan perlengkapan ksatria lengkap. Dia adalah Jendral Ganea, jendral yang juga merupakan salah satu panitia dalam pelatihan ini. Semua terdiam setelah ia datang dan berdiri di balik mimbar menghadap para peserta pelatihan.
            “Kepada semua peserta, saya ucapkan terima kasih atas kedatangannya. Pada pertemuan kali ini saya hanya akan memberikan beberapa berita kepada kalian semua.”
            Entah mengapa aku merasakan firasat yang tidak mengenakan setelah mendengar nada bicaranya yang terdengar sangat serius.
            “Seperti yang kalian dengar dari banyak kabar burung yang ada, lagi-lagi kami mengalami musibah yang cukup berat. Sudah beberapa kali kerajaan kita mengalami teror baik dari kerajaan musuh maupun dari bangsa Remidi. Setelah kemarin kita diluluhlantakkan oleh serangan bom dan kaburnya Jendral Dionze, kini giliran keluarga kerajaan yang mengalami teror. Putri Vivian telah menghilang dan kemungkinan diculik berdasarkan petunjuk-petunjuk yang ada.”
            Suasana hening seketika setelah Jendral Ganea memberitahukan bahwa Putri Vivian memang benar-benar diculik. Ternyata memang benar apa yang dikatakan orang-orang di luar sana mengenai hilangnya Putri Vivian.
            “Tapi, hingga saat ini kami belum mengetahui siapa yang telah menculik tuan putri. Kita tak bisa sembarangan menuduh Olympus atau pun Remidi dibalik peristiwa ini. Kami seluruh panitia dan seluruh jajaran kerajaan terpaksa untuk memberhentikan sementara kegiatan pelatihan ini demi lancarnya penyelidikan. Dimohon agar seluruh peserta untuk tidak ikut serta dalam operasi penyelamatan ini. Oleh karena itu, kalian semua dilarang keluar dari kompleks Istana Velika hingga pemberitahuan selanjutnya dan selalu perhatikan tempat kalian berada. Terima kasih.”
            Seluruh ruangan riuh dengan suara protes dari para peserta yang merasa terpenjara di istana ini, namun Jendral Ganea sama sekali tidak menghiraukannya dan segera meninggalkan mereka di ruangan pertemuan.
            Aku tak peduli dengan keputusan kerajaan yang memaksa kami untuk diam di istana ini, tapi perasaanku mengatakan bahwa aku harus ikut menyelamatkan putri Vivian. Entah bagaimana caranya, rasanya seluruh tubuhku rasanya panas dan ingin menyerang siapapun yang telah melakukan hal buruk terhadapnya. Tak seperti biasanya, ada sesuatu yang mencoba untuk mengendalikan tubuhku. Mungkinkah ini adalah kekuatan tersembunyi seperti yang dikatakan oleh seseorang dalam mimpiku?
            “Hey..” tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang. Seketika tubuhku kembali menjadi normal dan tak ada perasaan aneh seperti tadi.
            “Oh hey, Ryo.”
            “Kenapa denganmu? Disaat orang lain sedang panik dan terus mengoceh, tapi kamu hanya tetap diam dengan tatapan kosong. Apa kamu sakit?”
            “Umm.. Tidak.. Apa tadi aku memang terlihat seperti itu?”
            “Siapapun pasti akan mengira kamu sedang sakit setelah melihat kelakuanmu tadi. Tapi benar kamu tidak sakit kan?”
            “Aku benar-benar sehat. Hanya saja ada perasaan aneh dalam tubuhku sesaat setelah mendengar penjelasan Jendral Ganea tadi.”
            “Perasaan aneh?”
            “Ah, lupakan saja.. Rasanya tidak terlalu penting. Haha.. Ngomong-ngomong, apa kamu melihat Mikoto?”
            “Mikoto ya? Sepertinya tadi aku melihatnya di sebelah timur ruangan. Ada apa memangnya.”
            Wajahku mendadak sedikit suram, “Ahaha.. Tidak ada apa-apa.. Hanya saja kami tadi sempat bertengkar. Kalau begitu, aku segera menemuinya.”
            “Kau terlihat suram.” Ryo menatap aneh padaku, “Kalau begitu semangat ya!”
            “He.. He.. He..”
            Kemudian aku pergi meninggalkan Ryo untuk menemui Mikoto, tapi entah ada dimana dia sekarang meski aku sedang berada di timur ruangan seperti yang sudah dikatakan Ryo. Sepertinya dia memang masih kesal denganku. Seandainya saja aku bisa memutarbalikkan waktu.
            “WADAW!!”
            Tiba-tiba saja sebuah pukulan keras mendarat di atas kepalaku. Aku menengok ke belakang dan ternyata Mikoto sedang ada di sana dengan ekspresi wajah yang menyeramkan.
            “Dasar mesum! Mau apa kamu ke sini?!” Mikoto berteriak ke arahku sambil memukuliku.
            “Adududuh.. Ampun.. Ampun.. Saya minta maaf buat yang tadi. Itu benar-benar gak disengaja.”
            “Omong kosong!!”
            “Pliss.. Jangan pukul-pukul terus dong.”
            “Tolong hentikan!”
            Tiba-tiba saja pukulan Mikoto berhenti. Seorang lelaki berdiri di sebelah mikoto sambil memegang tangannya. Mereka kemudian saling bertatapan mata tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
            “MAU APA KAMU???!!” Mikoto berteriak marah dan kemudian melempar lelaki yang baru saja memegang tangannya tersebut.
            “Waa.. Ryo.. Kamu tidak apa-apa?” aku kemudian menghampiri lelaki tersebut.
            “Buset deh tu cewek tenaganya gede bener.”
            “Makanya hati-hati sama dia. Hari ini kayaknya dia lagi PMS[1] deh.”
            “Hey, saya denger tau!!”
            “Sebenernya ada apa sih dengan kalian berdua? Bukannya kalian biasanya akrab banget?”
            “Cih.. Najis banget saya bisa akrab sama si mesum itu.”
            “Kata-katanya nusuk banget.”
            “Sudah.. Sudah.. Enutra, kamu kan mau ketemu sama Mikoto, sebenernya emang mau ngajak berantem atau mau apa?”
            “Saya mau ketemu kamu bukan cuma buat minta maaf buat masalah tadi pagi, tapi saya penasaran kenapa kamu tiba-tiba datang ke kamar saya?” aku kemudian merangkul Mikoto.
            “NGAPAIN KAMU PEGANG-PEGANG SAYA!!” Mikoto membantingku dengan keras.
            Ryo terdiam dengan wajah yang berkeringat dan ketakutan, “Eng...” 
            “Sebenarnya ada hal aneh yang kutemukan di kamarku setelah beres kegiatan kemarin.”
            “Hal aneh apa yang kamu maksudkan?”
            “Aku menemukan kertas ini di dekat pintu.” Mikoto menunjukan sebuah kertas putih dengan beberapa tulisan tangan di dalamnya.
            “Boleh aku lihat?” aku yang tadi sedang terjatuh langsung menghampirinya.
            Di kertas itu aku melihat tiga buah kata yang bertuliskan ‘Pintu Gudang Selatan’.
            “Eh?? Kamu juga dapat kertas itu?” tiba-tiba saja Liasha, salah satu peserta pelatihan yang merupakan teman satu kelompok Mikoto, ikut dalam pembicaraan kami.
            Mikoto menoleh ke arah Liasha, “Jadi bukan aku saja yang dapat kertas ini?”
            “Yap, bahkan bukan hanya kita berdua, tapi Didier, Rika, dan Yuki juga dapat.”
            “Benarkah? Aku jadi penasaran apa di kamarku juga ada?” aku kemudian bergegas meninggalkan mereka.
            Ternyata di kamarku juga ada kertas aneh yang sama persis dengan Mikoto tunjukan tadi. Aku mengambilnya dan kembali menuju ruang pertemuan..
            “Mikoto.. Ryo.. Liasha.. Di kamarku juga ada kertas itu!”
            “Di kamarku juga ada.”
            “Ryo, kamu tadi ke kamarmu juga? Jangan-jangan..”
            Aku kemudian berlari menuju mimbar dan berbicara pada semuanya.
            “Teman-teman, apakah semua menemukan kertas seperti yang aku pegang ini di kamar kalian?”
            Beberapa diantara mereka terlihat kebingungan dan ada juga yang kembali menuju ke kamarnya untuk mengecek apa yang telah kukatakan tadi.
            “Aku ada!”
            “Aku juga!”
            Satu persatu mereka mengacungkan tangannya sambil memegang kertas yang mirip dengan yang kutunjukan tadi. Beberapa yang pergi menuju kamarnya pun kembali sambil membawa kertas aneh tersebut hingga akhirnya sesuai dengan dugaanku bahwa memang seluruh kamar peserta telah disimpan kertas dengan tulisan tangan tersebut.
            Apa maksud dari kata ‘Pintu Gudang Selatan’? Istana ini padahal hanya memiliki satu gudang yang sebenarnya berada di timur istana ini, bukan di selatan. Pasti terdapat pesan tersembunyi di dalamnya.
            “Ah, aku tahu!” tiba-tiba salah seorang dari kami, Hatori Kyuukou, berteriak.
            Semua orang melihat ke arahnya dengan wajah kebingungan.
            “Apa yang kamu ketahui?”
            “Tolong semua ikuti aku.” Hatori meminta semua untuk mengikutinya.
            Semua peserta mengikutinya meski belum diketahui apa maksud dari Hatori. Kami berjalan menyusuri lorong-lorong istana yang sepi. Dari jendela terlihat beberapa prajurit berdiri dengan sikap sempurna menjaga semua pintu masuk istana. Memang benar dengan apa yang dipikirkan oleh semuanya, meski mewah tapi istana ini sudah seperti penjara bagi kami.
            “Nah, sampai.. Inilah Gudang Selatan Istana Velika.”
            Kami semua berhenti di perpustakaan kerajaan yang letaknya memang berada di sebelah selatan istana.
            “Kenapa kita malah berada di perpustakaan?” Ryo yang tampak sangat kebingungan langsung berbicara dengan Hatori.
            “Hahaha.. Ya, kita memang berada di perpustakaan atau bisa juga disebut dengan gudang buku. Awalnya aku pikir gudang hanya tempat menyimpan barang-barang yang tak terpakai, tapi setelah aku sadari bahwa bagian selatan gedung tidak terdapat gudang yang seperti itu, maka aku simpulkan bahwa gudang yang dimaksud adalah perpustakaan. Lagipula bukankah buku adalah gudangnya ilmu?”
            Semua mengangguk dan terlihat menyetujuinya. Memang benar apa yang Hatori katakan bahwa gudang selatan yang dimaksud adalah perpustakaan, tapi untuk apa kita semua datang ke perpustakaan ini? Tunggu, perpustakaan ini terlalu sepi. Apa tidak ada orang yang menjaga perpustakaan ini?
            “Baiklah, gudang selatan sudah terpecahkan, tapi untuk apa kita disini dan pintu apa yang dimaksudkan dalam pesan di kertas ini?” Alisana bertanya pada Hatori.
            “Entahlah, aku hanya tahu maksud dari gudang selatan. Apa mungkin yang lain bisa memecahkannya?”
            Perpustakaan mendadak senyap tanpa suara. Mereka semua terlihat sedang berpikir keras. Begitu pun juga denganku, meski ruangan ini sepi tanpa suara namun pikiranku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dipecahkan.
            “Pintu rahasia..” perkataanku memecah kesunyian.
            “Benar juga, mungkin maksud dari pintu itu adalah pintu rahasia.” Ryo mengangguk.
            Setelah aku mengatakan hal tadi, akhirnya semua mulai mencari dimana pintu itu berada. Sementara itu, aku hanya berpikir untuk apa pesan ini dibuat. Apa ini sengaja dibuat seseorang untuk mengetes kemampuan kita atau hanya sebuah jebakan? Menurutku pesan tersembunyi yang terdapat pada kertas itu terlalu mudah untuk ditebak. Ataukah mungkin ini pekerjaan Dionze?
            “Ketemu!” Salah seorang diantara kami akhirnya menemukan pintu tersembunyi yang berada di bawah meja penjaga perpustakaan.
            Pintu rahasia itu merupakan pintu yang mengarah langsung menuju lorong bawah tanah. Lorong ini lumayan dalam dan sepertinya memiliki jarak yang cukup jauh. Tidak mengherankan untuk istana sebesar ini memiliki lorong rahasia. Biasanya lorong seperti ini digunakan sebagai jalan rahasia untuk melindungi raja bila terjadi sesuatu yang membahayakan.
            Kami semua menelusuri lorong rahasia yang berasal dari perpustakaan. Sangat gelap disini, untunglah beberapa diantara kami adalah ahli tenaga dalam yang dapat mengeluarkan cahaya aura dari dalam tubuhnya.
            Mungkin sudah sekitar tiga kilometer telah dilewati. Entah harus berapa jauh kami berjalan tapi belum terlihat tanda-tanda adanya jalan keluar. Banyak diantara kami yang mengeluh akan perjalanan ini hingga akhirnya terlihat sebuah titik cahaya dari kejauhan.
            “Jalan keluar!” salah satu diantara kami berteriak.
            Memang benar, cahaya itu semakin lama semakin membesar ketika kami berlari menghampirinya. Meski tidak jelas apa maksud dari pesan dalam kertas aneh tadi, tapi kami semua bersemangat untuk melakukan ini semua. Sepertinya semangat ini muncul karena sikap pihak kerajaan yang seolah-olah mengurung kami dalam istananya. Jadi terpikir kembali olehku, sebenarnya apa yang dinginkan oleh si pembuat pesan?
            “Hah? Tempat ini?? Hutan Velika Selatan?! Kita sudah berada jauh di luar wilayah kompleks Istana velika?!”
            Entah apa maksud dari si pembuat pesan. Mungkinkah dia memang berencana untuk menggiring kami semua keluar dari istana? Aku mencoba mengingat-ingat detil demi detil peristiwa yang terjadi dari kemarin hingga saat ini, mungkin saja ada sesuatu yang janggal mengenai isi pesan tersembunyi ini. Yang jelas ia berusaha agar kami dapa keluar dari istana dan melakukan sesuatu untuknya.
            “Oleh karena itu, kalian semua dilarang keluar dari kompleks Istana Velika hingga pemberitahuan selanjutnya dan selalu perhatikan tempat kalian berada.”
            Tiba-tiba aku teringat akan perkataan Jendral Ganea saat di ruang pertemuan. Ia sempat mengatakan ‘selalu perhatikan tempat kalian berada’. Mungkinkah dia yang merencanakan ini semua?? Mungkinkah dia yang telah menyimpan kertas aneh itu di setiap kamar peserta? Bila memang benar begitu, berarti tujuan dia melakukan ini adalah agar kami ikut dalam misi penyelamatan Putri Vivian?! Tapi mengapa?? Bukankah kerajaan sendiri yang melarang kami untuk ikut serta? Jendral Ganea, apa maksud dari semua ini?
***


[1] PMS (Premenstrual Syndrome) adalah kombinasi dari gangguan-gangguan fisik dan emosi yang terjadi setelah wanita berovulasi dan berakhir dengan menstruasi.

1 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39