CHAPTER 13 - MISI TERLARANG
Kegiatan
pelatihan pertama kami yang seharusnya berjalan dengan lancar dan menarik
mendadak diberhentikan. Belum ada penjelasan resmi dari pihak panitia dan
kerajaan mengenai diberhentikannya kegiatan ini. Berdasarkan perbincangan-perbincangan
orang sekitar, terdengar kabar bahwa putri Raja Algeas menghilang dan
kemungkinan besar telah diculik. Meski berita ini masih simpang siur, aku merasakan
firasat buruk akan hal ini.
Suara
desiran angin malam terdengar dari luar kamarku. Tak biasanya angin berhembus
kencang pada malam hari di tempat ini. Aku menutup pintu balkon kamarku dan
sepintas melihat taman yang tepat berada di bawah balkon. Terlintas ingatan
dimana aku melihat seorang perempuan berteriak di taman itu. Jikalau perempuan
itu adalah Putri Vivian, aku tidak akan lagi melihatnya di taman ini. Ada
sedikit rasa menyesal pada diriku ketika aku bertemu dengannya kemarin malam,
kenapa aku tidak bisa berbincang dengannya dan seolah ia menolak untuk
berbicara saat bertemu denganku.
***
~Toootttt.. Teeetttt.. Totet...
Toteeettttt....
“Selamat pagi para peserta
pelatihan, diharapkan semuanya untuk segera berkumpul di ruangan pertemuan
karena akan diberitahukan pengumuman terkait dengan kegiatan pelatihan ini.”
Aku tersentak dari tidurku karena
terkejut setelah mendengar pengumuman dadakan itu. Rasanya baru saja aku
memejamkan mata dan sekarang hari sudah kembali terang oleh sinar matahari
pagi.
Aku
menggeliat seperti biasa yang aku lakukan setiap kali terbangun dari tidurku.
Pintu balkon yang semalam ditutup kubuka kembali untuk mempersilahkan udara
segar mengisi seluruh ruangan kamar. Lagi-lagi aku memperhatikan taman di
bawahku itu.
“Vivi,
apa yang sebenarnya terjadi?” sesaat aku bergumam sendiri hingga kemudian
meninggalkan balkon dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap menuju
pertemuan.
Air
memancar dari pancuran membasahi seluruh tubuhku. Satu buah keran kecil di
dekat pancuran sedikit kubuka untuk mengeluarkan cairan kental berwarna hijau.
Cairan itu mengeluarkan busa setelah terkena air dan memiliki aroma yang sangat
harum, sudah dipastikan bahwa cairan tersebut adalah sabun. Meski semua ini
terlihat aneh, sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan kehidupan di
dunia ini.
~Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok..
Terdengar suara seseorang yang mengetuk
pintu kamarku.
“Sebentar...”
aku berteriak dari dalam kamar mandi.
~Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan itu masih saja
terdengar. Aku sama sekali tidak tahu siapa yang mengetuk itu, tapi sepertinya
dia ingin membicarakan hal yang penting hingga tidak berhenti mengetuk pintu
meski sudah kusuruh untuk menunggu.
“Iya..
Iyaa.. Sebentar ya..” sekali lagi aku berteriak padanya seraya mengambil handuk
untuk menutupi bagian bawah tubuhku.
Aku
menghampiri pintu kamar dan membuka kuncinya. Terlihat Mikoto sedang berdiri
dari balik pintu dengan tatapan kaget setelah melihatku.
“Ada
apa sih Mikoto? Bentar lagi kan kita ketemu di ruang pertemuan.”
Mikoto
hanya diam tak menjawab dengan wajah yang semakin memerah.
“Halooo..
Kenapa kamu diam aja? Sakit?”
“WAAAA..
DASAR MESUUMMM..” dengan sekuat tenaga Mikoto memukul perutku hingga
terpelanting ke tembok kamarku.
Setelah
memukul perutku, Mikoto langsung pergi dengan wajah merah tanpa sempat berkata
apa-apa lagi selain kata yang ia ucapkan tadi. Entah apa yang dipikirkan olehnya
hingga akhirnya aku sadar setelah melihat handuk yang tergeletak di dekat kamar
mandi. Oh tidak.. Ternyata haduk yang aku kenakan tadi tak kusadari mengait
pada pintu kamar mandi dan barusan aku bertemu dengannya dalam keadaan
telanjang bulat. Seluruh wajahku berubah menjadi merah.
“Ya ampun, mati aku..”
***
Suara
derap langkah kaki terdengar dari sebuah ruangan gelap berjeruji. Derap langkah
tersebut datang dari dua orang lelaki yang sedang menggendong wanita tak sadarkan
diri. Wanita itu mengenakan gaun mewah yang menandakan bahwa dia adalah seorang
bangsawan terhormat kerajaan.
Salah
seorang lelaki kemudian membuka kunci jeruji ruangan dan masuk bersamaan dengan
lelaki yang menggendong wanita itu. Kemudian wanita tersebut dibaringkan pada
sebuah tempat mirip ranjang dan dipasangkan rantai pada kedua tangan dan
kakinya. Setelah itu keduanya meninggalkan wanita tersebut di dalam ruangan dan
mengunci kembali jeruji besi yang menutupinya.
“Sayang
sekali gadis secantik dia harus berada dalam penjara seperti ini.”
“Sudah..
Jangan berpikir yang tidak-tidak.. Yang penting kita sudah melakukan apa yang
sudah diperintahkan oleh bos. ”
“Baiklah..
Semoga bos memuji kerja keras kita.”
***
Saat
ini semua peserta pelatihan sudah berkumpul di ruang pertemuan, tapi belum ada
satu pun panitia yang telah hadir. Suara riuh peserta yang berbicara satu sama
lain menggema hingga seluruh sudut ruangan. Topik pembicaraan mereka cukup
beraneka ragam, beberapa diantara mereka ada yang bertanya-tanya mengenai
rencana pihak kerajaan selanjutnya dan ada pula yang membicarakan kabar burung
tentang penculikan putri dari Raja Algeas. Rasanya rumor mengenai Putri Vivian
sudah semakin menyebar hingga seluruh penjuru kerajaan.
Tak
lama kemudian seorang pria masuk menuju ruang pertemuan dengan perlengkapan
ksatria lengkap. Dia adalah Jendral Ganea, jendral yang juga merupakan salah
satu panitia dalam pelatihan ini. Semua terdiam setelah ia datang dan berdiri
di balik mimbar menghadap para peserta pelatihan.
“Kepada
semua peserta, saya ucapkan terima kasih atas kedatangannya. Pada pertemuan
kali ini saya hanya akan memberikan beberapa berita kepada kalian semua.”
Entah
mengapa aku merasakan firasat yang tidak mengenakan setelah mendengar nada
bicaranya yang terdengar sangat serius.
“Seperti
yang kalian dengar dari banyak kabar burung yang ada, lagi-lagi kami mengalami musibah
yang cukup berat. Sudah beberapa kali kerajaan kita mengalami teror baik dari
kerajaan musuh maupun dari bangsa Remidi. Setelah kemarin kita diluluhlantakkan
oleh serangan bom dan kaburnya Jendral Dionze, kini giliran keluarga kerajaan
yang mengalami teror. Putri Vivian telah menghilang dan kemungkinan diculik
berdasarkan petunjuk-petunjuk yang ada.”
Suasana
hening seketika setelah Jendral Ganea memberitahukan bahwa Putri Vivian memang
benar-benar diculik. Ternyata memang benar apa yang dikatakan orang-orang di
luar sana mengenai hilangnya Putri Vivian.
“Tapi,
hingga saat ini kami belum mengetahui siapa yang telah menculik tuan putri.
Kita tak bisa sembarangan menuduh Olympus atau pun Remidi dibalik peristiwa
ini. Kami seluruh panitia dan seluruh jajaran kerajaan terpaksa untuk
memberhentikan sementara kegiatan pelatihan ini demi lancarnya penyelidikan.
Dimohon agar seluruh peserta untuk tidak ikut serta dalam operasi penyelamatan
ini. Oleh karena itu, kalian semua dilarang keluar dari kompleks Istana Velika
hingga pemberitahuan selanjutnya dan selalu perhatikan tempat kalian berada. Terima
kasih.”
Seluruh
ruangan riuh dengan suara protes dari para peserta yang merasa terpenjara di
istana ini, namun Jendral Ganea sama sekali tidak menghiraukannya dan segera
meninggalkan mereka di ruangan pertemuan.
Aku
tak peduli dengan keputusan kerajaan yang memaksa kami untuk diam di istana
ini, tapi perasaanku mengatakan bahwa aku harus ikut menyelamatkan putri
Vivian. Entah bagaimana caranya, rasanya seluruh tubuhku rasanya panas dan
ingin menyerang siapapun yang telah melakukan hal buruk terhadapnya. Tak
seperti biasanya, ada sesuatu yang mencoba untuk mengendalikan tubuhku.
Mungkinkah ini adalah kekuatan tersembunyi seperti yang dikatakan oleh
seseorang dalam mimpiku?
“Hey..”
tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang. Seketika tubuhku kembali
menjadi normal dan tak ada perasaan aneh seperti tadi.
“Oh
hey, Ryo.”
“Kenapa
denganmu? Disaat orang lain sedang panik dan terus mengoceh, tapi kamu hanya
tetap diam dengan tatapan kosong. Apa kamu sakit?”
“Umm..
Tidak.. Apa tadi aku memang terlihat seperti itu?”
“Siapapun
pasti akan mengira kamu sedang sakit setelah melihat kelakuanmu tadi. Tapi
benar kamu tidak sakit kan?”
“Aku
benar-benar sehat. Hanya saja ada perasaan aneh dalam tubuhku sesaat setelah
mendengar penjelasan Jendral Ganea tadi.”
“Perasaan
aneh?”
“Ah, lupakan saja.. Rasanya tidak terlalu penting. Haha.. Ngomong-ngomong, apa kamu melihat Mikoto?”
“Ah, lupakan saja.. Rasanya tidak terlalu penting. Haha.. Ngomong-ngomong, apa kamu melihat Mikoto?”
“Mikoto
ya? Sepertinya tadi aku melihatnya di sebelah timur ruangan. Ada apa
memangnya.”
Wajahku
mendadak sedikit suram, “Ahaha.. Tidak ada apa-apa.. Hanya saja kami tadi
sempat bertengkar. Kalau begitu, aku segera menemuinya.”
“Kau
terlihat suram.” Ryo menatap aneh padaku, “Kalau begitu semangat ya!”
“He..
He.. He..”
Kemudian
aku pergi meninggalkan Ryo untuk menemui Mikoto, tapi entah ada dimana dia
sekarang meski aku sedang berada di timur ruangan seperti yang sudah dikatakan
Ryo. Sepertinya dia memang masih kesal denganku. Seandainya saja aku bisa
memutarbalikkan waktu.
“WADAW!!”
Tiba-tiba
saja sebuah pukulan keras mendarat di atas kepalaku. Aku menengok ke belakang
dan ternyata Mikoto sedang ada di sana dengan ekspresi wajah yang menyeramkan.
“Dasar
mesum! Mau apa kamu ke sini?!” Mikoto berteriak ke arahku sambil memukuliku.
“Adududuh..
Ampun.. Ampun.. Saya minta maaf buat yang tadi. Itu benar-benar gak disengaja.”
“Omong
kosong!!”
“Pliss..
Jangan pukul-pukul terus dong.”
“Tolong
hentikan!”
Tiba-tiba
saja pukulan Mikoto berhenti. Seorang lelaki berdiri di sebelah mikoto sambil
memegang tangannya. Mereka kemudian saling bertatapan mata tanpa mengucapkan
sepatah kata pun.
“MAU
APA KAMU???!!” Mikoto berteriak marah dan kemudian melempar lelaki yang baru
saja memegang tangannya tersebut.
“Waa..
Ryo.. Kamu tidak apa-apa?” aku kemudian menghampiri lelaki tersebut.
“Buset
deh tu cewek tenaganya gede bener.”
“Makanya
hati-hati sama dia. Hari ini kayaknya dia lagi PMS[1]
deh.”
“Hey,
saya denger tau!!”
“Sebenernya
ada apa sih dengan kalian berdua? Bukannya kalian biasanya akrab banget?”
“Cih..
Najis banget saya bisa akrab sama si mesum itu.”
“Kata-katanya
nusuk banget.”
“Sudah.. Sudah.. Enutra, kamu kan mau ketemu sama Mikoto, sebenernya emang mau ngajak berantem atau mau apa?”
“Sudah.. Sudah.. Enutra, kamu kan mau ketemu sama Mikoto, sebenernya emang mau ngajak berantem atau mau apa?”
“Saya
mau ketemu kamu bukan cuma buat minta maaf buat masalah tadi pagi, tapi saya
penasaran kenapa kamu tiba-tiba datang ke kamar saya?” aku kemudian merangkul
Mikoto.
“NGAPAIN
KAMU PEGANG-PEGANG SAYA!!” Mikoto membantingku dengan keras.
Ryo
terdiam dengan wajah yang berkeringat dan ketakutan, “Eng...”
“Sebenarnya
ada hal aneh yang kutemukan di kamarku setelah beres kegiatan kemarin.”
“Hal
aneh apa yang kamu maksudkan?”
“Aku
menemukan kertas ini di dekat pintu.” Mikoto menunjukan sebuah kertas putih
dengan beberapa tulisan tangan di dalamnya.
“Boleh
aku lihat?” aku yang tadi sedang terjatuh langsung menghampirinya.
Di
kertas itu aku melihat tiga buah kata yang bertuliskan ‘Pintu Gudang Selatan’.
“Eh??
Kamu juga dapat kertas itu?” tiba-tiba saja Liasha, salah satu peserta
pelatihan yang merupakan teman satu kelompok Mikoto, ikut dalam pembicaraan
kami.
Mikoto
menoleh ke arah Liasha, “Jadi bukan aku saja yang dapat kertas ini?”
“Yap,
bahkan bukan hanya kita berdua, tapi Didier, Rika, dan Yuki juga dapat.”
“Benarkah?
Aku jadi penasaran apa di kamarku juga ada?” aku kemudian bergegas meninggalkan
mereka.
Ternyata
di kamarku juga ada kertas aneh yang sama persis dengan Mikoto tunjukan tadi.
Aku mengambilnya dan kembali menuju ruang pertemuan..
“Mikoto..
Ryo.. Liasha.. Di kamarku juga ada kertas itu!”
“Di
kamarku juga ada.”
“Ryo,
kamu tadi ke kamarmu juga? Jangan-jangan..”
Aku
kemudian berlari menuju mimbar dan berbicara pada semuanya.
“Teman-teman,
apakah semua menemukan kertas seperti yang aku pegang ini di kamar kalian?”
Beberapa
diantara mereka terlihat kebingungan dan ada juga yang kembali menuju ke
kamarnya untuk mengecek apa yang telah kukatakan tadi.
“Aku
ada!”
“Aku
juga!”
Satu
persatu mereka mengacungkan tangannya sambil memegang kertas yang mirip dengan
yang kutunjukan tadi. Beberapa yang pergi menuju kamarnya pun kembali sambil
membawa kertas aneh tersebut hingga akhirnya sesuai dengan dugaanku bahwa
memang seluruh kamar peserta telah disimpan kertas dengan tulisan tangan
tersebut.
Apa
maksud dari kata ‘Pintu Gudang Selatan’? Istana ini padahal hanya memiliki satu
gudang yang sebenarnya berada di timur istana ini, bukan di selatan. Pasti
terdapat pesan tersembunyi di dalamnya.
“Ah,
aku tahu!” tiba-tiba salah seorang dari kami, Hatori Kyuukou, berteriak.
Semua
orang melihat ke arahnya dengan wajah kebingungan.
“Apa
yang kamu ketahui?”
“Tolong
semua ikuti aku.” Hatori meminta semua untuk mengikutinya.
Semua
peserta mengikutinya meski belum diketahui apa maksud dari Hatori. Kami
berjalan menyusuri lorong-lorong istana yang sepi. Dari jendela terlihat
beberapa prajurit berdiri dengan sikap sempurna menjaga semua pintu masuk
istana. Memang benar dengan apa yang dipikirkan oleh semuanya, meski mewah tapi
istana ini sudah seperti penjara bagi kami.
“Nah,
sampai.. Inilah Gudang Selatan Istana Velika.”
Kami
semua berhenti di perpustakaan kerajaan yang letaknya memang berada di sebelah
selatan istana.
“Kenapa
kita malah berada di perpustakaan?” Ryo yang tampak sangat kebingungan langsung
berbicara dengan Hatori.
“Hahaha..
Ya, kita memang berada di perpustakaan atau bisa juga disebut dengan gudang
buku. Awalnya aku pikir gudang hanya tempat menyimpan barang-barang yang tak
terpakai, tapi setelah aku sadari bahwa bagian selatan gedung tidak terdapat
gudang yang seperti itu, maka aku simpulkan bahwa gudang yang dimaksud adalah
perpustakaan. Lagipula bukankah buku adalah gudangnya ilmu?”
Semua
mengangguk dan terlihat menyetujuinya. Memang benar apa yang Hatori katakan
bahwa gudang selatan yang dimaksud adalah perpustakaan, tapi untuk apa kita
semua datang ke perpustakaan ini? Tunggu, perpustakaan ini terlalu sepi. Apa
tidak ada orang yang menjaga perpustakaan ini?
“Baiklah,
gudang selatan sudah terpecahkan, tapi untuk apa kita disini dan pintu apa yang
dimaksudkan dalam pesan di kertas ini?” Alisana bertanya pada Hatori.
“Entahlah,
aku hanya tahu maksud dari gudang selatan. Apa mungkin yang lain bisa
memecahkannya?”
Perpustakaan
mendadak senyap tanpa suara. Mereka semua terlihat sedang berpikir keras.
Begitu pun juga denganku, meski ruangan ini sepi tanpa suara namun pikiranku
penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dipecahkan.
“Pintu
rahasia..” perkataanku memecah kesunyian.
“Benar
juga, mungkin maksud dari pintu itu adalah pintu rahasia.” Ryo mengangguk.
Setelah
aku mengatakan hal tadi, akhirnya semua mulai mencari dimana pintu itu berada.
Sementara itu, aku hanya berpikir untuk apa pesan ini dibuat. Apa ini sengaja
dibuat seseorang untuk mengetes kemampuan kita atau hanya sebuah jebakan?
Menurutku pesan tersembunyi yang terdapat pada kertas itu terlalu mudah untuk
ditebak. Ataukah mungkin ini pekerjaan Dionze?
“Ketemu!”
Salah seorang diantara kami akhirnya menemukan pintu tersembunyi yang berada di
bawah meja penjaga perpustakaan.
Pintu
rahasia itu merupakan pintu yang mengarah langsung menuju lorong bawah tanah.
Lorong ini lumayan dalam dan sepertinya memiliki jarak yang cukup jauh. Tidak
mengherankan untuk istana sebesar ini memiliki lorong rahasia. Biasanya lorong
seperti ini digunakan sebagai jalan rahasia untuk melindungi raja bila terjadi
sesuatu yang membahayakan.
Kami
semua menelusuri lorong rahasia yang berasal dari perpustakaan. Sangat gelap
disini, untunglah beberapa diantara kami adalah ahli tenaga dalam yang dapat
mengeluarkan cahaya aura dari dalam tubuhnya.
Mungkin
sudah sekitar tiga kilometer telah dilewati. Entah harus berapa jauh kami
berjalan tapi belum terlihat tanda-tanda adanya jalan keluar. Banyak diantara
kami yang mengeluh akan perjalanan ini hingga akhirnya terlihat sebuah titik cahaya
dari kejauhan.
“Jalan
keluar!” salah satu diantara kami berteriak.
Memang
benar, cahaya itu semakin lama semakin membesar ketika kami berlari
menghampirinya. Meski tidak jelas apa maksud dari pesan dalam kertas aneh tadi,
tapi kami semua bersemangat untuk melakukan ini semua. Sepertinya semangat ini
muncul karena sikap pihak kerajaan yang seolah-olah mengurung kami dalam
istananya. Jadi terpikir kembali olehku, sebenarnya apa yang dinginkan oleh si
pembuat pesan?
“Hah?
Tempat ini?? Hutan Velika Selatan?! Kita sudah berada jauh di luar wilayah
kompleks Istana velika?!”
Entah
apa maksud dari si pembuat pesan. Mungkinkah dia memang berencana untuk
menggiring kami semua keluar dari istana? Aku mencoba mengingat-ingat detil
demi detil peristiwa yang terjadi dari kemarin hingga saat ini, mungkin saja
ada sesuatu yang janggal mengenai isi pesan tersembunyi ini. Yang jelas ia
berusaha agar kami dapa keluar dari istana dan melakukan sesuatu untuknya.
“Oleh karena itu, kalian semua dilarang
keluar dari kompleks Istana Velika hingga pemberitahuan selanjutnya dan selalu
perhatikan tempat kalian berada.”
Tiba-tiba
aku teringat akan perkataan Jendral Ganea saat di ruang pertemuan. Ia sempat
mengatakan ‘selalu perhatikan tempat
kalian berada’. Mungkinkah dia yang merencanakan ini semua?? Mungkinkah dia
yang telah menyimpan kertas aneh itu di setiap kamar peserta? Bila memang benar
begitu, berarti tujuan dia melakukan ini adalah agar kami ikut dalam misi
penyelamatan Putri Vivian?! Tapi mengapa?? Bukankah kerajaan sendiri yang
melarang kami untuk ikut serta? Jendral Ganea, apa maksud dari semua ini?
***
[1] PMS (Premenstrual
Syndrome) adalah kombinasi dari gangguan-gangguan fisik dan emosi yang
terjadi setelah wanita berovulasi dan berakhir dengan menstruasi.
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Selanjutnya: CHAPTER 14 - KEPINGAN
BalasHapus