22 September 2013

DUNIA SEMU #14


CHAPTER 14 - KEPINGAN

   
            Ketika pelatihan pertama kami sedang berjalan, tiba-tiba saja terdengar suara pengumuman yang mengakibatkan kegiatan kami harus dihentikan. Pada saat itu panitia pelatihan dan pihak kerajaan tidak memberitahu apa yang telah terjadi sebenarnya, namun sempat terdengar sayup-sayup suara teriakan beberapa orang yang mengatakan tentang hilangnya putri raja.
            Esok harinya barulah hal tersebut dijelaskan lewat pertemuan antara seluruh peserta dengan perwakilan dari pihak kerajaan, yaitu Jendral Ganea. Memang benar apa yang telah dikatakan orang-orang mengenai hilangnya putri Vivian. Belum dipastikan apakah putri Vivian diculik atau hanya pergi untuk sementara, namun seluruh pihak kerajaan sedang berusaha mencari keberadaannya.

            Ketika pertemuan tersebut berlangsung, Jendral Ganea meminta kami agar tidak keluar dari lingkungan kompleks Istana Velika. Sempat terjadi keributan saat jendral Ganea selesai mengumumkan di ruang pertemuan tersebut, namun itu semua terhenti ketika beberapa diantara kami mendapatkan pesan aneh yang ditemukan di kamar mereka. Awalnya semua mengira itu hanyalah pesan iseng yang ditujukan pada orang-orang tertentu, tapi setelah memeriksa kamar masing-masing ternyata seluruh peserta juga menemukan pesan tersebut.
            Masing-masing dari kami mencoba memecahkan arti dari pesan yang hanya terdiri dari tiga kata yaitu ‘Pintu gudang selatan’. Entah apa maksud dari pesan tersebut, sampai akhirnya Hatori Kyuukou, salah satu anggota kelompok dua, memberikan penjelasan bahwa pesan yang dimaksud adalah perpustakaan yang berada di selatan kompleks Istana Velika.
            Setelah semuanya berkumpul di perpustakaan, timbul beberapa pertanyaan lagi yang belum terpecahkan, untuk apa kita semua berada di sini dan apa yang dimaksud dengan ‘pintu’ dari ‘pintu gudang selatan’. Sampai akhirnya ditemukan sebuah pintu rahasia yang tersembunyi di bawah meja penjaga perpustakaan. Pintu tersebut merupakan pintu dari sebuah lorong rahasia yang tembus hingga menuju hutan yang terletak di selatan komplek Istana Velika.
            Kini aku bersama sembilan belas orang lainnya berada pada sebuah hutan di selatan Istana Velika. Tempat ini terhubung langsung dengan perpustakaan istana melalui jalan rahasia yang telah ditemukan sebelumnya. Entah apa yang harus dilakukan selanjutnya setelah kami berada disini. Beberapa diantara kami saling berdiskusi untuk mencari arti dari pesan rahasia yang terdapat pada kertas aneh itu, namun ada juga yang berpendapat untuk kembali pulang menuju istana karena khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Memang sulit untuk dimengerti mengapa kita semua harus menuruti apa yang ada didalam pesan tersebut.
            Sebelumnya aku sempat berpikir bahwa pembuat pesan tersebut ada Jendral Ganea, tapi biarpun dia yang telah membuatnya, apa yang sebenarnya direncanakan olehnya? Bila diperhatikan dari kata-katanya sepertinya tidak ada yang aneh, pesan itu hanya diisi oleh tiga buah kata yang akhirnya berujung pada penemuan pintu rahasia di perpustakaan. Ini terlalu sederhana, sepertinya ada maksud lain yang diinginkan oleh si pembuat pesan. Tunggu, apa mungkin?
            “Teman-te...”
            ~Jleb..
            Belum selesai aku berteriak, sesuatu yang aneh terjadi padaku. Sekilas aku melihat temen-temanku satu persatu terjatuh dengan sendirinya dan kemudian muncul orang-orang dengan jubah hitam bertopeng turun dari atas pohon. Setelah itu, aku tak tahu apa-apa lagi. Semua menjadi gelap dan aku pun tak sadarkan diri.
***

            Jauh di sebuah desa kecil di antara pegunungan terdengar alunan musik rakyat eropa khas abad pertengahan dengan paduan antara biola dan genderang. Terdengar juga canda ceria orang-orang yang sedang tertawa dan bernyanyi mengikuti irama musik. Meski tempat ini sangat sederhana dibandingkan wilayah-wilayah lain, namun tampak kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah mereka.
            “Tuan, silahkan nikmati minuman istimewa khas desa kami.”
            “Oh ya, terima kasih nyonya..”
            “Namaku Geraldine.. Geraldine saja, tak usah memanggilku dengan panggilan nyonya.” wanita itu tersenyum cantik dan kemudian pergi.
            “Bagaimana Dionze? Apa kamu menikmati tempat ini?”
            “Aku tidak menyangka bila kamu ternyata tinggal di tempat sedamai ini.” Dionze kemudian menyeruput minuman yang tadi disuguhkan padanya. “Wah.. Ternyata minumannya enak sekali!”
            “Haha.. Itulah minuman khas kami.”
            “Oh ya, tidak apa-apa jika aku tinggal disini untuk sementara?”
            “Tentu saja. Jika tidak, buat apa aku membawamu ke sini? Hahaha..”
            “Baiklah. Selanjutnya apa yang harus kita lakukan? Aku yakin pasti pihak kerajaan Eternality tidak akan tinggal diam setelah aku kabur dari mereka.”
            “Untuk sementara kau tak perlu khawatir akan hal itu. Berdasarkan kabar yang aku dengar, mereka sudah menghentikan pencarian atas dirimu.”
            “Haa? Memang apa yang terjadi? Apa mereka benar-benar tidak memerdulikanku?”
            “Bukan begitu, mereka sedang memprioritaskan hal yang lebih penting. Putri Vivian telah diculik.”
            “Putri Vivian diculik?”
            “Ya, entah apa motif dan tujuan dari penculikan ini, tapi aku yakin ini ada hubungannya dengan kerajaanmu dan bangsa Remidi.”
            “Kerajaanku dan Bangsa Remidi? Apa yang kamu katakan? Mana mungkin kerajaanku bekerja sama dengan para makhluk biadab itu?”
            “Tidak semuanya, ada seorang oknum yang bekerja sama dengannya.”
            “Darimana kau tahu tentang semua itu?”
            “Kamu masih meragukan kehebatanku meski kita sudah berhasil keluar dari penjara?”
            “Hmm.. Anak-anak buahmu memang mengagumkan. Baiklah aku akui kehebatanmu dan semua anak buahmu. Tapi tolong beritahu aku, siapakah oknum yang kamu maksudkan?”
            “Dia adalah Diksy, jendral besar Kerajaan Olympus.”
            “Jendral Besar Diksy?!”
            “Seharusnya kau sudah curiga ketika ia mengirimmu beserta dua jendral dan tiga ratus pasukan untuk menyerang kubah remidi di hutan emerald. Dia sudah berencana untuk menyingkirkanmu dan seluruh jendral kerajaan.”
            “Tidak mungkin!”
            “Dia jugalah yang telah menjebakmu ketika terjadi peledakan di Kota Velika. Aku tidak tahu apa motifnya hingga berbuat seperti itu, namun sepertinya ia berencana untuk menguasai Kerajaan Olympus dan Eternality dengan memanfaatkan kaum Remidi.”
            “Tidak mungkin! Aku masih belum mempercayainya.”
            “Meski begitu, aku juga menaruh kecurigaan pada keluarga kerajaan Eternality. Baiklah, besok pagi kita akan pergi bersama untuk mencari tahu kebenarannya.”
            “Tunggu! Siapa kamu sebenarnya? Sudah beberapa hari ini kita bersama dan kamu masih belum memberitahukan siapa dirimu.”
            “Kamu masih ingin tahu siapa diriku? Aku Genba.”
            “Ge.. Genba? Jadi kamu adalah ketua pemberontak Kerajaan Eternality itu??”
            Genba tersenyum dan meninggalkan Dionze.
***

            Perasaan aneh apa ini? Aku tak bisa mengingat apa yang terjadi sebelumnya padaku. Seluruh penglihatanku rasanya menjadi buram. Ada dimana ini? Rasanya aku mengingat sesuatu mengenai tempat ini. Ini.. Ini rumah Javier.. Ya.. Ini rumah Javier. Orang yang pernah hampir membunuhku. Tapi, kenapa aku ada di sini?
            Dari ruang makan aku melihat seseorang berambut hitam agak pirang dengan potongan caesar cut. Javier? Bukankah dia sudah mati?
            Tubuhku tiba-tiba bergerak dengan sendirinya dan berjalan ke arah Javier tanpa bisa ku kendalikan.
            “Javier apa kau masih menyimpan semua peralatanku yang aku titipkan dulu?”
            Entah apa yang terjadi, aku tak bisa mengontrol seluruh tubuhku dan sepertinya tadi aku berbicara pada Javier. Aku hanya bisa mengikuti gerakan tubuhku yang bergerak dengan sendirinya.
            “Ya tentu saja aku masih menyimpannya. Seperti yang tuan bilang dulu kalau aku harus menyimpan semua peralatan ini sampai anda sendiri yang mengambilnya.”
            “Baguslah kalau begitu. Jangan sampai ada orang yang mengambil peralatan itu selain diriku.”
            “Tidak masalah tuan.”
            Mungkinkah yang ku alami saat ini adalah bentuk proyeksi dari ingatan milik Enutra?
            “Eerghh.. Erghh..”
            Tiba-tiba saja Javier tersungkur sambil memegang kepalanya.
            “Javier! Apa yang terjadi padamu??”
            “Aarrgghhh...!!!”
            “Javier!”
            Tiba-tiba Javier terdiam sambil menundukan kepalanya.
            “Javier, kau tidak apa-apa?”
            Javier terdiam sesaat dan tidak menjawab pertanyaan Enutra.
            “Aku tidak apa-apa. Aku akan kembali ke dapur dan membuatkanmu minuman.”
            “Benarkah kau tidak apa-apa?”
            Lalu Javier pergi meninggalkan Enutra tanpa berkata apapun. Ini terlihat seperti sedang menonton sebuah film dan sekaligus menjadi pemerannya juga.
            Tak lama kemudia Javier datang dengan membawakan minuman seperti teh dalam cangkir yang dia sediakan.
            “Tuan, silahkan minum saja dulu dan mari bersulang atas terpilihnya anda sebagai salah satu peserta pelatihan istimewa Raja Algeas.”
            “Meskipun aku tidak menyukainya, tapi baiklah, mari kita bersulang.”
            Kemudian aku pun meminumnya. Tapi, rasanya ada yang aneh dengan minuman ini. Tenggorokanku rasanya terbakar dengan hebatnya. Apa mungkin ini adalah minuman beralkohol?
            “Javier! Minuman apa ini??”
            Javier tersenyum dan menatapku. Semua tiba-tiba menjadi gelap dan tak ada lagi yang bisa kulihat.
***

            Perlahan-lahan mataku terbuka. Ada yang aneh dengan kedua tangan dan kakiku. Terdengar suara gemerincing setiap kali aku menggerakannya. Kadang aku meronta tapi gerakanku seperti sedang tertahan oleh sesuatu. Aku sedang dirantai.
            Tunggu, ada dimana ini?
            Yang kuingat bahwa tadi aku sedang berada di hutan Velika bersama semua teman-temanku. Kemudian tiba-tiba saja ada sesuatu yang mengenai diriku dan muncul orang-orang aneh dari atas pohon. Apakah ini penculikan?
            Aku melihat sekelilingku dan yang kulihat hanyalah ruangan kosong dengan jeruji besi di depanku. Ya, sepertinya ini memang penculikan. Tapi kelihatannya aku tidak sendirian. Di ujung sudut ruangan terlihat seorang pria yang agak tua duduk bersila membelakangiku. Siapapun itu, pasti dia adalah salah seorang yang bernasib sama denganku.
            “Sepertinya kau sudah sadar.” pria itu berbicara tanpa menolehkan wajahnya padaku.
            “Ada dimana ini?” aku hanya bisa berbicara dengan pelan karena efek bius yang masih tersisa.
            “Seperti yang kamu lihat saat ini, kau sedang berada di ruang penjara.”
            “Penjara? Dimana teman-temanku?”
            “Tak usah kau pedulikan mereka.”
            “Apa maksudmu?”
            Pria itu kemudian membalikan tubuhnya dan menghadap ke arahku. Karena jarak kami agak sedikit jauh dan mataku masih terasa remang-remang, aku tak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu.
            “Mereka semua tidak dibutuhkan di sini.”
            “Tidak dibutuhkan?”
            Pria itu berjalan mendekatiku. Aku berusaha untuk memperjelas penglihatanku karena berdasarkan suara yang kudengar sepertinya aku mengenalnya.
            “Ya, hanya kau yang dibutuhkan di sini.” pria itu berbisik di telingaku.
            Kemudian aku mendadak tersadar dengan penuh dan seluruh ingatanku mulai terisi dengan jelas. Ternyata pria itu...
            “Raja Algeas! Apa yang sebenarnya terjadi?!” aku berteriak cukup keras.
            “Ah.. Rupanya kau sudah benar-benar sadar.”
            “Raja, apa anda tidak apa-apa? Mengapa kita ada di penjara ini?”
            Raja Algeas kemudian hanya duduk bersila di hadapanku tanpa berkata sedikit pun.
            “Mengapa anda hanya diam saja?”
            Raja Algeas masih terdiam dan memperhatikanku.
            “Raja, apakah ini adalah jebakan dari kaum Remidi? Aku pikir ada konspirasi di kerajaan kita.”
            “Sebaiknya kau tenang dulu.”
            “Apa maksud anda? Aku pikir Jendral Ganea telah mengkhianati kita..”
            “Jendral Ganea telah mati.” belum selesai aku berbicara, Raja Algeas sudah memotong omonganku.
            “Apa? Ba.. Bagaimana mungkin??”
            Raja Algeas pun berjalan menuju pintu jeruji, “Pengawal buka pintu penjara ini!”
            “Raja, apa maksud dari semua ini?!”
            Raja Algeas pun melangkah keluar dan berkata, “Akulah yang telah membunuh Ganea.”
            Seketika aku terhenyak mendengar perkataannya.
            “Terima kasih karena telah menuruti pesan yang telah kubuat” Raja Algeas berkata sambil berjalan menjauhi ruangan penjara.
            Aku masih tidak menyangka dengan apa yang telah dikatakannya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini?
***

            Di sebuah ruangan yang agak redup dengan beberapa monitor terpasang di dinding, terlihat dua orang yang sedang saling berbincang pada sebuah sofa panjang hitam berbahan kulit. Dua orang tersebut adalah Tyron si penguasa kubah kegelapan hutan Emerald dan sang Jendral Besar Olympus, Diksy.
            “Jendral Besar Diksy, selanjutnya apa rencanamu setelah melakukan penculikan terhadap Putri Vivian?”
            “Setidaknya kita telah melemahkan kekuatan dari pertahanan Kerajaan Eternality karena sebagian besar tentara mereka dikerahkan untuk mencari Putri Vivian. Pada saat inilah kita dapat menyerang Kerajaan Eternality dengan mudah.”
            “Lalu bagaimana dengan Kerajaan Olympus?”
            “Saat ini aku tidak terlalu memikirkannya.” wajah Diksy tiba-tiba menjadi muram, “Aku hanya ingin tahu apakah anda akan menepati janjimu itu, Tuan Tyrone?”
            “Hahaha.. Jadi kau masih belum percaya akan janjiku? Tenang saja, aku pasti akan menepatinya.”
            “Baiklah.. Sesuai dengan rencanaku, aku akan mengerahkan seluruh pasukanku menuju pusat kota Velika dan menyerangnya dengan tiba-tiba.”
            “Setelah itu?”
            “Setelah itu aku akan memaksa Raja Algeas agar segera melepaskan tahtanya dan menyerahkannya padaku.”
            “Aku rasa rencanamu akan berjalan sia-sia, Diksy.” tiba-tiba seorang pria memotong obrolan antara Tyrone dan Diksy.
            “Oh, akhirnya anda datang juga kemari?” Tyrone menyapanya.
            Diksy menoleh dan mencari tahu siapa orang yang telah bersikap kurang ajar terhadapnya, namun ia sangat terkejut setelah melihat pria tersebut.
            “Tentu saja, bukankah anda yang memintaku untuk datang kemari? Hahaha..”
            “Ra.. Raja Algeas?!” Diksy terdiam setelah melihat orang yang memotong pembicaraannya tadi.
            “Ada apa Jendral Besar Diksy? Terkejut melihatku?”
            “Apa yang sebenarnya terjadi?”
            “Sebelumnya aku berterima kasih atas rencana awalmu dengan menculik putriku, kini rencanaku akan berjalan dengan sempurna.”
            “Tuan Tyrone, aku mohon jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?”
            “Maaf aku tidak memberitahukanmu sejak awal. Sebenarnya Kerajaan Eternality sudah sejak awal bekerja sama dengan kami.”
            “Lalu, rencanaku..”
            “Rencanamu sudah ku ketahui dari dulu, Diksy. Semua tentang rencana pengambilalihan Kerajaan Eternality dimulai dari bom yang kau pasang hingga penculikan putriku sudah ku ketahui sejak lama.”
            “Lalu untuk apa aku bersusah payah membuat rencana seperti ini bila memang kalian berdua sudah bekerja sama sejak dulu?”
            “Untuk apa? Raja Algeas bisa kau jelaskan?”
            “Untuk apa ya? Aku sudah melupakannya. Hanya saja ini terlihat menarik bagi kami berdua.”
            “Kurang ajar! Kalian semua sudah mempermainkanku!”
            “Lalu, apa yang akan kau lakukan?”
            “Tyrone! Setelah kau meneror keluargaku, kini kau mempermainkanku dan mengkhianati kerajaanku. Akan kubunuh kalian berdua!”
            “Silahkan lakukan sesukamu.” Tyrone tersenyum dan kemudian menekan tombol yang tersembunyi di balik sandaran tangan sofa, “Selamat tinggal, Diksy.”
            “Apa ini?” sebuah lingkaran hitam tiba-tiba muncul tepat di bawah Diksy dan membuatnya terjatuh ke dalamnya.
            “Tyrone, kau kirim kemana dia?”
            “Suatu tempat dimana seluruh kesuraman berada.”
            “Persis seperti dirimu.. Hahaha..”
            “Apa maksudmu dengan persis seperti diriku? Dasar kau.. Hahaha..”
*** 

3 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39