31 Mei 2015

DUNIA SEMU #34


CHAPTER 34 - PANTAI

            Sinar mentari pagi perlahan menembus melewati celah-celah dinding, memberi kehangatan nyaman selepas dinginnya udara malam. Beberapa kicauan merdu para burung pun mengalun seolah mengiringi riuh keramaian manusia yang mulai terdengar di luar sana. Aku membuka mata menatap sekitar dan sejenak terduduk di atas ranjang busa sederhana berukuran satu kali dua meter.
            “Huft.. Aku masih berada di dunia antah berantah ini.” gumamku mengawali hari pada sebuah kamar penginapan sederhana di pinggiran kota Celadoni. Setiap pagi selalu berharap untuk terbangun di kamarku sendiri. Di sebuah dunia dimana semua kenangan bersama keluarga dan teman-temanku berada. Meski kadang ingatan itu semakin samar seiring dengan berlalunya hari.

10 Mei 2015

DUNIA SEMU #33


CHAPTER 33 - HARAPAN

            Terik matahari memancar menyentuh setiap celah kulit. Keringat panas mengalir dan menguap dari setiap lubang pori-pori. Hembusan angin mengusap tubuh, membawa debu dan dedaunan kecil yang terlepas dari dahannya. Hangat dan kering.
            Pandangan mataku menajam. Gigiku mengerat saling mengatup. Kedua tangan mengepal kuat hingga menampakan urat-urat hijaunya ketika melihat seorang lelaki berambut pirang bergelombang di hadapanku yang menyekap dan menyiksa Vivian dengan ikatan tali tambang dari tangan kirinya. Ia benar-benar tak berperikemanusiaan.