21 Oktober 2010

Menjadi Diri Sendiri

Akhir-akhir ini ga tau kenapa saya seperti tidak menjadi diri saya yang biasanya. Sifat saya yang biasanya ceria berubah jadi serba so jaim. Kalau keluar rumah suka ngerasa ga PD. Terlalu irit kalau ngomong, soalnya suka takut ngerasa salah. Hal-hal tersebut bener-bener bertolak belakang dengan saya yang seperti biasanya. Sampai akhirnya, saya baca artikel dari Andrie Wongso. Semangat saya untuk menjadi diri sendiri akhirnya bangkit kembali.

Bagi yang merasakan hal yang sama seperti yang saya alami tadi, saya mencoba untuk sharing artikel tersebut buat kalian. So,, just read it:


Alkisah, di puncak sebuah mercusuar, tampak lampu mercusuar yang gagah dengan sinarnya menerangi kegelapan malam. Lampu itu menjadi tumpuan perahu para nelayan mencari arah dan petunjuk menuju pulang.

Dari kejauhan, pada sebuah jendela kecil di rumah penjaga mercusuar, sebuah lampu minyak setiap malam melihat dengan perasaan iri ke arah mercusuar. Dia mengeluhkan kondisinya, “Aku hanyalah sebuah lampu minyak yang berada di dalam rumah yang kecil, gelap dan pengap. Sungguh menyedihkan, memalukan, dan tidak terhormat. Sedangkan lampu mercusuar di atas sana, tampak begitu hebat, terang dan perkasa. Ah….Seandainya aku berada di dekat mercusuar itu, pasti hidupku akan lebih berarti, karena akan banyak orang yang melihat kepadaku dan aku pun bisa membantu kapal para nelayan menemukan arah untuk membawanya pulang ke rumah mereka dan keluarganya.”

Suatu ketika, di suatu malam yang pekat, petugas mercusuar membawa lampu minyak untuk menerangi jalan menuju mercusuar. Setibanya di sana, penjaga itu meletakkan lampu minyak di dekat mercusuar dan meninggalkannya di samping lampu mercusuar. Si lampu minyak senang sekali. Impiannya menjadi kenyataan. Akhirnya ia bisa bersanding dengan mercusuar yang gagah. Tetapi, kegembiraannya hanya sesaat. Karena perbandingan cahaya yang tidak seimbang, maka tidak seorang pun yang melihat atau memperhatikan lampu minyak. Bahkan, dari kejauhan si lampu minyak hampir tidak tampak sama sekali karena begitu lemah dan kecil.

Saat itu, lampu itu menyadari satu hal. Ia tahu bahwa untuk menjadikan dirinya berarti, dia harus berada di tempat yang tepat, yakni di dalam sebuah kamar. Entah seberapa kotor, kecil dan pengapnya kamar itu, tetapi di sanalah lebih bermanfaab. Sebab, meski nyalanya tak sebesar mercusuar, lampu kecil itu juga bisa memancarkan sinarnya menerangi kegelapan untuk orang lain. Lampu kini tahu, sifat iri hati karena selalu membandingkan diri dengan yang lain, justru membuat dirinya tidak bahagia dan memiliki arti.


Teman-temanku, dari note diatas bisa kita simpulkan bahwa kadang-kadang kita sebagai manusia tidak pernah bersyukur atas apa yang kita miliki. Kita selalu melihat atas kelebihan orang lain dan merasa iri akan kelebihan mereka. Sebenarnya apapun keadaan diri kita, kita harus tetap belajar bersyukur dan tetap bangga akan diri sendiri.

Dengan menyadari kekuatan dan kelebihan yang kita miliki, dan mau berjuang selangkah demi selangkah menuju sasaran hidup yang telah kita tentukan, ditambah bekal kekayaan mental yang kita miliki, pastilah kemajuan dan kesuksesan yang lebih baik akan kita peroleh. Untuk itu berbanggalah untuk menjadi diri sendiri.

Be your self, no matter they say!! Ayo lawan krisis kepercayaan diri!!

Source: Andri Wongso, Pengalaman pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar