PROLOG
Cuaca
siang itu cukup terik membakar aspal jalanan yang sesak. Sesekali awan putih
melewati matahari hanya untuk menyapa bahwa ia masih ada. Memang, akhir-akhir
ini hujan tak mau hadir di ibu kota priangan ini.
Deretan
mobil terongok di sebuah jalan besar di sudut timur Kota Bandung. Ratusan
bahkan mungkin ribuan mobil berada disana selama berbulan-bulan. Beberapa
diantara mobil tersebut mulai berkarat seakan tak ada yang peduli. Entah itu
mobil mewah atau sekedar mobil 'yang penting jalan', semua itu tergeletak
begitu saja.
Tampak
beberapa ekor rusa merumput di tengah-tengah sebuah 'bunderan'. Mereka seakan
tak menghiraukan tulisan "Awas jangan menginjak rumput" yang selalu
tertancap disana hingga berkarat. Entah darimana datangnya hewan-hewan itu
hingga berada di salah satu kota besar di Indonesia. Memang dengan tidak adanya
manusia-manusia, keberadaan mereka mulai tampak kembali.
Lalu,
dimanakah para manusia? Yang tertinggal disini hanyalah sisa-sisa kekotoran
yang dibuat oleh mereka. Gedung-gedung kosong tak berpenghuni dengan segala
isinya yang masih tertinggal bak Kota Chernobyl. Ribuan lembar kertas
bertuliskan peringatan biohazard
berserakan. Sebuah boneka beruang lusuh tergeletak begitu saja. Bercak-bercak
darah mengering hampir terlihat disetiap ruas jalan. Beberapa selongsong peluru
kerap terlihat diantara bercak-bercak darah, namun tidak ada satupun jasad
manusia disana.
Di
sisi lain kota ini memiliki keadaan yang tidak jauh berbeda. Daerah Jalan Gatot
Subroto yang biasanya riuh dengan lalu lalang kendaraan, kali ini hanya
terdapat beberapa onggok kendaraan roda empat dan roda dua. Kendaraan-kendaraan
itu tidak terawat seperti tak ada yang memiliki. Ceceran darah kering pun
nampak terlihat di setiap ruas jalan. Dan lagi-lagi ada banyak berserakan
kertas betuliskan peringatan Biohazard.
Sebuah
mall besar, hotel, dan taman bermain milik sebuah stasiun tv masih terlihat
megah dari luar meski banyak kaca yang terpecah 'menghiasi' bangunan-bangunan
tersebut. Suasana mewah pun masih terasa di salah satu gedung kembar yang
dimiliki oleh dua hotel ternama. Bahkan pada beberapa kamar, semua barang masih
tersimpan dengan rapi seakan-akan tak ada yang berani menyentuh.
Namun
ada hal yang berbeda disini, bukan hanya kendaraan sipil yang terongok begitu
saja, beberapa kendaraan militer dan polisi pun terlihat memenuhi ruas jalan.
Disini tampak pula beberapa jasad manusia berpakaian sipil, polisi, dan militer
dengan lubang bekas tembakan di kepalanya. Terlihat jelaslah kekacauan yang
sempat terjadi di tempat ini.
***
Dari
kejauhan nampak seorang pria dengan motor trail Kawasaki KX 250F keluar dari
sebuah gedung sebelas tingkat di ujung Jalan Gatot Subroto. Pria tersebut
terlihat tergesa-gesa seakan-akan ada sesuatu yang mengejarnya. Dengan lihai ia
menghindari bangkai-bangkai kendaraan yang menghalangi bahkan menaiki sebuah
mobil sedan yang melintang menutupi jalan. Bak seorang profesional pria itu pun
terus memacu kendaraannya dengan sangat cepat.
Pria
itu mengarahkan motornya menuju sebuah jalan yang cukup terkenal di Bandung,
Jalan Braga. Jalan yang identik dengan bangunan-bangunan tua khas Belanda dan
ditutupin batu andesit itu pun terlihat sangat sepi. Namun seringkali tampak
beberapa ekor burung kutilang yang hinggap di salah satu bangunan. Tempat ini
tidak berbeda dengan tempat lainnya, sisa-sisa kekacauan masih nampak dan
lagi-lagi berserakan kertas-kertas bertuliskan Biohazard.
***
Erungan
motor trail menggema di sebuah pusat perbelanjaan yang bergabung dengan Hotel
mewah ternama. Pria bermotor itu turun dari kendaraannya dan memperhatikan
sekitar. Seolah merasa diikuti, ia berlari dengan cepat menuju bangunan hotel
yang pintu masuknya tak jauh dari gerbang bangunan tadi.
Suasana
hotel sepi bagai tak berpenghuni. Hanya ada beberapa ekor tikus yang sejak tadi
berlari karena terusik oleh kedatangan pria tadi. Koridor hotel penuh dengan
ceceran darah kering. Beberapa kamar bahkan terdapat mayat manusia yang
membusuk dengan luka berat di kepalanya. Tembok-tembok koridor yang lusuh
disertai tapak-tapak darah tangan manusia seolah memberi kesan horor pada
tempat ini.
Pria
tersebut berjongkok. Sebilah golok dikeluarkan dari tas yang ia gendong sejak
tadi. Mata yang tajam dan awas seolah mencari sesuatu disetiap sudut gedung
berlantai 17 tersebut sembari memperhatikan sekitar. Entah apa yang dicari,
namun sesuatu tersebut sangat penting baginya.
Kamar
demi kamar, lantai demi lantai ia lewati dengan kekecewaan yang sama. Barang
yang ia cari tak juga ditemukan. Seolah asanya tak pernah habis, ia terus yakin sesuatu itu akan ia
temukan secepatnya.
***
Kini
sudah lima lantai ia lalui. Nafasnya terengah-engah akibat tak berfungsinya
lift yang sudah mati berbulan-bulan lamanya. Sesekali ia melap keringatnya yang
sejak tadi terus mengucur.
Akhirnya
ia tiba di sebuah kamar bernomor 516. Kamar yang tidak jauh berbeda dengan
kamar-kamar lainnya. Tempat tidur yang berantakan disertai bercak darah,
goresan-goresan di dinding yang membuat wallpaper tembok tersebut terkelupas,
serta kaca jendela yang pecah menunjukan bahwa tempat ini sempat terjadi
kekacauan yang amat sangat. Namun ada sesuatu yang seakan-akan melepas segala
lelahnya, sebuah amplop coklat berukuran folio berisi dokumen bertuliskan 'top secret' tergeletak diatas meja kayu
bergaya etnik. Selembar demi selembar data tersebut ia
perhatikan dengan ekspresi wajah terkejut.
Tiba-tiba sesuatu yang mengejutkan terjadi. Dari lantai
atas terdengar suara teriakan dan erangan seperti hewan buas. Entah apapun
makhluk itu, namun dari suaranya bisa dipastikan makhluk itu tidaklah sedikit. Ia terperanjat dan berlari kembali menuju
kendaraannya.
Akhirnya
ia sampai menuju kendaraannya. Sialnya, motor trail
yang membawanya ke tempat ini tiba-tiba tidak mau menyala. Entah sudah berapa
kali ia menyelah pedal start motor
itu namun hasilnya nihil.
Dari belakang tampak segerombol makhluk dengan wajah
buas mengejar pria tadi. Makhluk itu tampak seperti manusia. Ya manusia dengan
pakaian lengkap namun lusuh. Matanya tajam seakan ingin memburu. Mulutnya penuh
darah dan terus menyeringai. Beberapa diantara mereka tidak memiliki anggota
badan yang utuh. Cara berjalan mereka terseok-seok namun sangat cepat.
Akhirnya motor trail itu pun menyala. Dengan bergegas
pria tersebut meninggalkan tempat yang mengerikan itu dan kembali menuju gedung
sebelumnya. Bangunan tadi akhirnya dipenuhi oleh para makhluk ganas yang
mengejarnya dari lantai atas gedung.
Ia melihat kebelakang untuk memastikan bahwa ia sudah tak dikejar. Namun
sayang, sebuah truk yang menghalangi jalan tak sempat ia hindari dan..
Braakkk.. Ia menabrak truk diam tesebut.
Pria itu masih tersadar meskipun darah terus mengalir dari kepalanya. Sesaat
ia mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah kembang api berjenis rocket berwarna merah. Ia nyalakan
kembang api itu beberapa saat sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri.
***
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Oke.. Pertama kalinya posting cerita serial.. Eh diramein sama gempa.. :|
BalasHapusNantikan Episode 1 nya ya..