1 November 2012

PANDEMI - PROLOG

PROLOG

                Cuaca siang itu cukup terik membakar aspal jalanan yang sesak. Sesekali awan putih melewati matahari hanya untuk menyapa bahwa ia masih ada. Memang, akhir-akhir ini hujan tak mau hadir di ibu kota priangan ini.
                Deretan mobil terongok di sebuah jalan besar di sudut timur Kota Bandung. Ratusan bahkan mungkin ribuan mobil berada disana selama berbulan-bulan. Beberapa diantara mobil tersebut mulai berkarat seakan tak ada yang peduli. Entah itu mobil mewah atau sekedar mobil 'yang penting jalan', semua itu tergeletak begitu saja.

                Tampak beberapa ekor rusa merumput di tengah-tengah sebuah 'bunderan'. Mereka seakan tak menghiraukan tulisan "Awas jangan menginjak rumput" yang selalu tertancap disana hingga berkarat. Entah darimana datangnya hewan-hewan itu hingga berada di salah satu kota besar di Indonesia. Memang dengan tidak adanya manusia-manusia, keberadaan mereka mulai tampak kembali.
                Lalu, dimanakah para manusia? Yang tertinggal disini hanyalah sisa-sisa kekotoran yang dibuat oleh mereka. Gedung-gedung kosong tak berpenghuni dengan segala isinya yang masih tertinggal bak Kota Chernobyl. Ribuan lembar kertas bertuliskan peringatan biohazard berserakan. Sebuah boneka beruang lusuh tergeletak begitu saja. Bercak-bercak darah mengering hampir terlihat disetiap ruas jalan. Beberapa selongsong peluru kerap terlihat diantara bercak-bercak darah, namun tidak ada satupun jasad manusia disana.
                Di sisi lain kota ini memiliki keadaan yang tidak jauh berbeda. Daerah Jalan Gatot Subroto yang biasanya riuh dengan lalu lalang kendaraan, kali ini hanya terdapat beberapa onggok kendaraan roda empat dan roda dua. Kendaraan-kendaraan itu tidak terawat seperti tak ada yang memiliki. Ceceran darah kering pun nampak terlihat di setiap ruas jalan. Dan lagi-lagi ada banyak berserakan kertas betuliskan peringatan Biohazard.
                Sebuah mall besar, hotel, dan taman bermain milik sebuah stasiun tv masih terlihat megah dari luar meski banyak kaca yang terpecah 'menghiasi' bangunan-bangunan tersebut. Suasana mewah pun masih terasa di salah satu gedung kembar yang dimiliki oleh dua hotel ternama. Bahkan pada beberapa kamar, semua barang masih tersimpan dengan rapi seakan-akan tak ada yang berani menyentuh.
                Namun ada hal yang berbeda disini, bukan hanya kendaraan sipil yang terongok begitu saja, beberapa kendaraan militer dan polisi pun terlihat memenuhi ruas jalan. Disini tampak pula beberapa jasad manusia berpakaian sipil, polisi, dan militer dengan lubang bekas tembakan di kepalanya. Terlihat jelaslah kekacauan yang sempat terjadi di tempat ini.
***

                Dari kejauhan nampak seorang pria dengan motor trail Kawasaki KX 250F keluar dari sebuah gedung sebelas tingkat di ujung Jalan Gatot Subroto. Pria tersebut terlihat tergesa-gesa seakan-akan ada sesuatu yang mengejarnya. Dengan lihai ia menghindari bangkai-bangkai kendaraan yang menghalangi bahkan menaiki sebuah mobil sedan yang melintang menutupi jalan. Bak seorang profesional pria itu pun terus memacu kendaraannya dengan sangat cepat.
                Pria itu mengarahkan motornya menuju sebuah jalan yang cukup terkenal di Bandung, Jalan Braga. Jalan yang identik dengan bangunan-bangunan tua khas Belanda dan ditutupin batu andesit itu pun terlihat sangat sepi. Namun seringkali tampak beberapa ekor burung kutilang yang hinggap di salah satu bangunan. Tempat ini tidak berbeda dengan tempat lainnya, sisa-sisa kekacauan masih nampak dan lagi-lagi berserakan kertas-kertas bertuliskan Biohazard.
***

                Erungan motor trail menggema di sebuah pusat perbelanjaan yang bergabung dengan Hotel mewah ternama. Pria bermotor itu turun dari kendaraannya dan memperhatikan sekitar. Seolah merasa diikuti, ia berlari dengan cepat menuju bangunan hotel yang pintu masuknya tak jauh dari gerbang bangunan tadi.
                Suasana hotel sepi bagai tak berpenghuni. Hanya ada beberapa ekor tikus yang sejak tadi berlari karena terusik oleh kedatangan pria tadi. Koridor hotel penuh dengan ceceran darah kering. Beberapa kamar bahkan terdapat mayat manusia yang membusuk dengan luka berat di kepalanya. Tembok-tembok koridor yang lusuh disertai tapak-tapak darah tangan manusia seolah memberi kesan horor pada tempat ini.
                Pria tersebut berjongkok. Sebilah golok dikeluarkan dari tas yang ia gendong sejak tadi. Mata yang tajam dan awas seolah mencari sesuatu disetiap sudut gedung berlantai 17 tersebut sembari memperhatikan sekitar. Entah apa yang dicari, namun sesuatu tersebut sangat penting baginya.
                Kamar demi kamar, lantai demi lantai ia lewati dengan kekecewaan yang sama. Barang yang ia cari tak juga ditemukan. Seolah asanya tak pernah habis, ia terus yakin sesuatu itu akan ia temukan secepatnya.
***

                Kini sudah lima lantai ia lalui. Nafasnya terengah-engah akibat tak berfungsinya lift yang sudah mati berbulan-bulan lamanya. Sesekali ia melap keringatnya yang sejak tadi terus mengucur.
                Akhirnya ia tiba di sebuah kamar bernomor 516. Kamar yang tidak jauh berbeda dengan kamar-kamar lainnya. Tempat tidur yang berantakan disertai bercak darah, goresan-goresan di dinding yang membuat wallpaper tembok tersebut terkelupas, serta kaca jendela yang pecah menunjukan bahwa tempat ini sempat terjadi kekacauan yang amat sangat. Namun ada sesuatu yang seakan-akan melepas segala lelahnya, sebuah amplop coklat berukuran folio berisi dokumen bertuliskan 'top secret' tergeletak diatas meja kayu bergaya etnik. Selembar demi selembar data tersebut ia perhatikan dengan ekspresi wajah terkejut.
                Tiba-tiba sesuatu yang mengejutkan terjadi. Dari lantai atas terdengar suara teriakan dan erangan seperti hewan buas. Entah apapun makhluk itu, namun dari suaranya bisa dipastikan makhluk itu tidaklah sedikit. Ia terperanjat dan berlari kembali menuju kendaraannya.
                Akhirnya ia sampai menuju kendaraannya. Sialnya, motor trail yang membawanya ke tempat ini tiba-tiba tidak mau menyala. Entah sudah berapa kali ia menyelah pedal start motor itu namun hasilnya nihil.
                Dari belakang tampak segerombol makhluk dengan wajah buas mengejar pria tadi. Makhluk itu tampak seperti manusia. Ya manusia dengan pakaian lengkap namun lusuh. Matanya tajam seakan ingin memburu. Mulutnya penuh darah dan terus menyeringai. Beberapa diantara mereka tidak memiliki anggota badan yang utuh. Cara berjalan mereka terseok-seok namun sangat cepat.
                Akhirnya motor trail itu pun menyala. Dengan bergegas pria tersebut meninggalkan tempat yang mengerikan itu dan kembali menuju gedung sebelumnya. Bangunan tadi akhirnya dipenuhi oleh para makhluk ganas yang mengejarnya dari lantai atas gedung.
Ia melihat kebelakang untuk memastikan bahwa ia sudah tak dikejar. Namun sayang, sebuah truk yang menghalangi jalan tak sempat ia hindari dan.. Braakkk.. Ia menabrak truk diam tesebut.
Pria itu masih tersadar meskipun darah terus mengalir dari kepalanya. Sesaat ia mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah kembang api berjenis rocket berwarna merah. Ia nyalakan kembang api itu beberapa saat sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri.
***

1 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
  1. Oke.. Pertama kalinya posting cerita serial.. Eh diramein sama gempa.. :|

    Nantikan Episode 1 nya ya..

    BalasHapus